
SANGATTAPOS — Sejarah peradaban manusia telah hidup sejak berabad-abad lamanya di Nusantara, tumbuh bersama ragam budaya yang menjadi ciri dan identitas masyarakat. Kutai Timur menjadi bagian penting dari perjalanan sejarah tersebut, dan kini semangat pelestarian warisan budaya kembali dihidupkan melalui Festival Pesona Budaya 2025.
Gelaran budaya yang dipersembahkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kutai Timur ini menampilkan berbagai pertunjukan seni budaya klasik. Salah satunya budaya Tarsul Klasik Kutai, yang berhasil memukau jutaan mata yang menyaksikan dengan nuansa eksotis dan kuatnya aroma tradisi masa lampau. Festival ini menghadirkan pengalaman jejak budaya yang selama ini menjadi pondasi kehidupan masyarakat Kutai Timur.
Diketahui sejarah lahirnya Tarsul tidak lepas dari perjalanan masuknya islam di Kutai Timur. Secara umum Tarsul adalah kesenian tradisional masyarakat Kutai berbentuk syair atau nyanyian yang bersifat bersusul balas balasan antar bait.
Bupati Kutai Timur, H. Ardiansyah Sulaiman, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bukti nyata komitmen pemerintah daerah dalam menjaga sekaligus mengembangkan budaya lokal, terutama di tengah perkembangan modernisasi.
“Kita akan terus menggali budaya budaya yang ada melalui Festival Budaya, edukasi budaya, seminar, dan melakukan penelitian budaya,” ungkap Ardiansyah.
Ardiansyah menuturkan, meski Kutim belum memiliki museum sejarah dan budaya yang lengkap untuk merekam perjalanan panjang daerah, upaya pelestarian tidak boleh berhenti. Ia juga baru saja menggelar Pameran Sejarah Dakwah Rasul di Masjid Agung Al-Faruq Sangatta, sebagai langkah membuka kembali catatan awal masuknya Islam di Kutai Timur.
“Satu persatu kita akan menggali sejarah masuknya islam di Kabupaten Kutai Timur,” ujar Ardiansyah, ditandai berakhirnya acara. (Adv/sul)
