SANGATTAPOS, KUTIM – Sebanyak 3.870 keluarga berisiko stunting di Kecamatan Sangatta Utara menjadi perhatian serius. Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kutai Timur turun langsung ke lokasi fokus (lokus) di Dusun Kenyamukan, Desa Sangatta Utara, Kamis (13/2/2025), untuk memastikan angka tersebut dengan pengukuran dan penimbangan anak-anak.
Sekretaris TPPS Kutim Achmad Junaidi B menegaskan bahwa status stunting harus dibuktikan melalui pengukuran dan penimbangan. Setelah dilakukan pemeriksaan bersama tim pakar gizi dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kutim, anak-anak di lokus tersebut dinyatakan stunting.
“Yang prioritas untuk anak stunting adalah pemberian makanan tambahan (PMT) selama enam bulan. Hari ini kami sudah mulai memberikan PMT, dan ini harus berlanjut hingga enam bulan ke depan,” ujar Junaidi yang juga menjabat Kepala DPPKB Kutim.
Ia menambahkan, PMT yang diberikan berasal dari infak pejabat DPPKB. Junaidi pun berharap seluruh pejabat pemerintah di Kutim meniru langkah ini sebagai bentuk dukungan terhadap penurunan angka stunting.
“Di bulan ke-7, setelah enam bulan PMT, akan dievaluasi apakah ada peningkatan tinggi dan berat badan anak. Jika ada perubahan, berarti infak yang diberikan tepat sasaran,” jelasnya.
Kegiatan dilanjutkan dengan pertemuan bedah angka stunting di Kantor Desa Sangatta Utara. Dalam diskusi tersebut, ditemukan adanya kesalahpahaman di tingkat RT yang selama ini mengira masalah stunting hanya menjadi tanggung jawab Dinkes, DPPKB, dan Camat.
“Kita harus turun langsung agar pemahaman RT semakin meningkat. Semua pihak harus berperan dalam penanganan stunting,” ujar Junaidi.
Camat Sangatta Utara, Hasdiah, menyatakan pihaknya siap mengintervensi untuk menurunkan angka keluarga berisiko stunting. Namun, ia menyoroti perlunya verifikasi ulang data karena masih ditemukan data dari tahun 2021.
“Verifikasi data belum selesai di tingkat desa. Mudah-mudahan setelah diperbarui, jumlahnya bisa berkurang,” harap Hasdiah.
Ia juga meminta perangkat daerah terkait, terutama PDAM, untuk memperhatikan akses air bersih.
“Di Dusun Kenyamukan yang kita kunjungi, PDAM belum masuk, sehingga warga masih menggunakan sumur bor dengan kualitas air yang kurang baik. Padahal, akses air bersih menjadi indikator penting dalam mencegah stunting,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Sangatta Utara, Mulyanti, menyebutkan bahwa berdasarkan data terbaru, hanya 98 keluarga yang masuk kategori berisiko stunting. Pihaknya selama ini hanya fokus pada anak dengan gizi buruk dan telah menjalankan program PMT sejak 2024.
“Setiap pagi kader kami mengantarkan makanan dan menunggu anak makan, tetapi hasilnya kurang maksimal. Tahun ini, kami mengikuti program pemerintah agar lebih efektif,” jelasnya.
Menurutnya, kepadatan penduduk yang mencapai 56 ribu jiwa menjadi faktor tingginya angka keluarga berisiko stunting di wilayahnya. Namun, pola asuh yang kurang baik menjadi penyebab utama selain kemiskinan.
“Polanya harus diubah, karena pola asuh adalah faktor terbesar penyebab stunting di desa kami,” tutupnya. (*)